Senin, 23 Februari 2015

Fad, Trend, Mega Trend

Hai guys, saat ini kita akan membahas sesuatu yang sering terjadi di sekitar kita. Sesuatu yang mungkin kita tidak sadari. Jeng jreeeeng #genjreng gitar

Dunia selalu booming dengan suatu hal dari waktu ke waktu. Hal yang bahkan tidak disangka-sangka dapat mencuat ke permukaan dan menjadi sesuatu yang banyak diperbincangkan semua orang mulai dari mullut ke mulut, hingga peliputan dari semua media baik media cetak dan media elektronik.

Menurut Philip Kotler, tentang Scanning the Marketing Macroenvironment, ada tiga macam situasi dimana suatu mudah dikenal. Keadaan tersebut bisa jadi dipengaruhi karena momentum ataupun suatu hal yang tidak diduga. Jika dipandang dari sisi marketing ataupun dalam sisi bisnis hal tersebut sangat berpengaruh dalam usaha. Karena pada umumnya, perusahaan akan mengikuti tren yang sedang booming. Gak mungkin dong seseorang mau jadi orang yang gak up-to-date atau lebih dikenal sekarang kekinian.

 

Berikut ini nih tiga situasi menurut Philip Kotler, di antaranya:

1). A fad is "short-lived change and it has no social, economic or political significance." Fads are unpredictable and hence only lucky organizations cash on it either because they have the product bought during the fad or they very quickly made the product and it was accepted.

 

Fad bersifat tidak dapat diduga, berusia pendek, dan tidak penting secara sosial, ekonomi, dan politik (Kotler). Kehadiran fad ini tidak dapat diprediksi, terjadi adanya karena suatu momen tertentu. Tiba-tiba udah meledak aja. Duarrrr.... #anggap saja kaget. Begitulah kurang lebihnya menurut Kotler.

 

Contoh dari Fad ini misalnya burung Kenari yang booming saat 2014 kemarin. Tiba-tiba aja musim burung, semua orang melihara burung, tiap pagi banyak kicauan burung. Tapi sayang, sekarang batu ali nya tidak dapat berkicau, atau keluar kekuatan kayak di film-film. Ya begitulah kalau Fad, datang tak dijemput, pulang tak diantar. Sodaranya jelangkung benerrrr.


2). Trends are changes which are more durable and hence predictable. It is observable across several market areas and consumer activities and is consistent with other significant indicators occurring or emerging at the same time.

Kedua yaitu Tren. Tren adalah arah atau urutan peristiwa-peristiwa khusus yang memiliki beberapa momentum dan mampu bertahan lama. Tren mengungkap masa depan dan memberikan banyak peluang. (Kotler)

Tren yang sekarang sedang berlangsung di Indonesia adalah demam Korea. Selain drama nya, boy band dan girl bandnya juga banyak di gandrungin sama belia-belia dan pria jadi-jadian. Ups. Ya, maksudnya, untuk setara pria yang menyukai Korea biasanya agak melambai. Hehe. Sampai-sampai gaya berpakaian, gaya rambut, gaya bicara “Oppa, omma” sama yang lainnya deh aneh-aneh. Semua jadi tren tersendiri.

Untuk sebagian orang mungkin ada yang memilih untuk mengikuti, ada juga yang memandang hal itu negatif. Tapi kalau bagi pengusaha, semua itu dijadikan peluang bisnis. Sampai-sampai boy band, girl band asal Korea itu sering banget bikin nangis anak perempuan yang merengek ke ibunya untuk nonton Boy band asal korea itu. Kalau mampu sih mending, lah kalau susah kan makin bikin susah. Repot deh. Memang tren ini ada positif dan negatifnya, tapi kita harus tetap bijak yah menyikapi hal ini.

3. Megatrends, which are "large social, economic, political and technological changes that are slow to form, and once in place, they influence us for some time - between seven to ten years, or longer.

Megatren digambarkan sebagai perubahan besar di bidang sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang lebih lambat terbentuknya, dan pada saat terjadi perubahan itu akan mempengaruhi kita untuk waktu yang lama, antara tujuh dan sepuluh tahun atau lebih. (Kotler).

Contoh dari megatren ini adalah adanya Tablet yang lebih praktis untuk dibawa kemana-mana, lebih ringan dibandingkan harus membawa laptop apalagi komputer plus plus (plus CPU, plus stabilizer) haduh rebot. Kalau ada tablet kan gak bikin tas seberat bawa ponakan. Eaaa, itu mah iklan yah? Apalagi untuk kaum sosialita. Woo...

Hal yang pasti dari ketiga hal ini, selalu menjadi moment yang dinantikan para pengusaha. Untuk membaca peluang usaha yang happening. Tidak sedikit pengusaha yang salah menebak tren mode untuk perencanaan produknya, akhirnya mengalami kerugian. Makanya, harus jadi orang yang kekinian yah.

Semoga bermanfaat,
Maaf banyak salahnya nih. Kurangnya dari saya, benarnya hanya dari Yang Maha Kuasa, pemilik semua Ilmu.
Terima kasih telah berkunjung. ^_^



(SSA/02-15)

Sabtu, 14 Februari 2015

Statistika Inferensial

1. SEKILAS TENTANG STATISTIKA

Kata statistika berasal dari bahasa Italia, yaitu statista yang berarti negarawan. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Gottfreid Achenwalll (1719-1772) seorang profesor pada Marlborough dan Gottingen. Kemudian Zimmeman memperkenalkan istilah statistika di Inggris. Penggunaan statistika dipopulerkan oleh John Sinclair dalam pekerjaannya di  Statistical Account of Scotland (1791-1799). Jadi jauh sebelum abada 18, umat manusia sudah melakukan pencatatan dan penggunaan data.

Pada awalnya, motode statistika hanya digunakan untuk mencatat sejarah, pelaksanaan sensus, pencatatan jumlah penduduk, dan sumber daya dimiliki oleh suatu daerah kekuasaan teritorial (negara). Kemudian perkembangan slanjutnya metode statistika digunakan untuk mencatat pemelikkan tanah perkembangan penduduk (kelahiran dan kematian), perkawinan, penaksiran kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit dan lain sebagainya.

Perkembangan statistika hingga sekarang ini begitu pesat dan dapat diterapkan hampir dalam semua aspek kehidupan.

2. STATISTIKA INFERENSIAL

Statistika inferensial (inferens) atau sering disebut dengan statistika induktif merupakan kegiatan menganalisis, mengintepretasikan data sehingga dapat diambilnya suatu keputusan yang berhubungan dengan data tersebut.

Di bawah ini merupakan sebuah contoh yang dapat dicermati mengenai statistika inferensial:

Manajer Personalia PT. St. Mariah memilih secara acak 100 karyawan dari 700 karyawan yang ada di perusahaan tersebut untuk mengisi angket mengenai opini mereka terhadap rencana pemindahan perusahaan asuransi kesehatan. Perusahaan asuransi kesehatan yang akan ditunjuk menyatakan bahwa “Paling sedikit 80% karyawan PT. St. Mariah merasa lebih senang pindah pada perusahaan asuransiyang baru”. Berdasarkan 100 angket tersebut ternyata hanya 70 karyawan yang menyatakan lebih senang pindah pada perusahaan asuransi yang baru. Berdasarkan hasil temuan dari angket tersebut, apakah pernyataan perusahaan asuransi itu benar?

Pembuktian pernyataan tersebut dilakukan dengan mengunakan sebagian dari karyawan PT. st. Mariah sebagai sampel. Peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari sampel untuk menafsirkan (memperoleh informasi) tentang karakteristik obyek (opini karyawan) yang sebenarnya.

Menurut Mendenhall statistika inferensial adalah sebagai berikut:
“Inferencial statistics consists of procedures used to make inferences about population characteristics from informations contained in a sample.”

Induktif sendiri dalam bahasa Indonesia adalah pembahasan suatu masalah ataupun kalimat dalam bentuk paragraf dari hal yang khusus ke hal yang umum. Begitupun dalam statistika, bahwa statistika inferensial/induktik adalah pengambilan sebuah keputusan yang berpengaruh besar dalam kehidupan manusia berdasarkan hal-hal yang kecil. Contoh: Sifat kaca adalah memuai dan menyempit, maka pemasangan kaca pada jendela tidak dipaskan dengan kayu sebagai penompangnya dan diberi celah dan diberi penahan pada setiap pinggirannya, karena ketika kaca terkena panas maka kaca akan pas pada balok penahannya, sedangkan ketika cuaca dingin kaca akan menyempit dan longgar. Sama halnya dengan pembutan rel kereta api, karena sifat besi yang dapat memuai ketika panas dan menyempit ketika dingin maka rel kereta api diberikan celah setiap batas-batas tertentu agar tidak melengkung ketika panas ataupun menyempit sehingga terlalu berjauhan jaraknya.

Statistika inferensial terbagi menjadi statistika parameter (parametrik) dan statistika nonparameter (nonparametrik).

Statistika inferensial sebagai sarana untuk membantu peneliti dalam melakukan analisis data dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti dan dibangun dari kajian teori. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan,data bersumber dari sebagian populasi sebagai sampel yang kemudian dilakukan pengujian dan hasil pengujian digunakan untuk menarik kesimpulan secara umum terhadap populasi penelitian. Berikut ini akan dibahas tentang bagian-bagian dari statistika inferensial.


A. Statistika Parametrik
Statistika parametrik adalah statistika yang memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yaitu bentuk distribusinya berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasinya homogen.

Statistika parameter merupakan jenis statistika yang dalam teknik analisis memiliki persyaratan tertentu terhadap data yang akan dianalisis yaitu, distribusi data populasi berdasarkan pada model distribusi normal dan kedua populasi homogen.

Para ahli statistika memiliki dua pendapat yang berbeda tentang persyaratan pada uji parametrik. Pendapat pertama pengujian normalitas harus dilakukan utnuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan pendapat di pihak kedua pengujian normalitas tidak perlu dilakukan asalakan jumlah sampel di atas 25. Pendapat kedua mengasumsikan bahwa sampel yang berjumlah 25 diasumsikan banyak oleh karena itu tidak perlu dilakukan pengujian bentuk distribusi normal. Perbedaan pendapat tersebut hanya pada segi teknis pengujian, sedangkna secra teoritis jumlah sampel yang semakin banyak akan semakin menggambarkan bentuk distribusi normal. Guna memberika gamabran yang lebih jelas berikut ini akan diuraikan satu persatu menguji hipotesis, menguji normalitas dengan berbagai teknik, linieritas, dan homogenitas.

Ciri-ciri Statika Parametrik:
1. Data dengan skala interval dan rasio
2. Data menyebar atau berdistribusi normal

Keuntungan-keuntungan Tes Statistik Parametrik
1.  Syarat-syarat parameter dari suatu populasi yang menjadi sampel biasanya tidak diuji dan dianggap memenuhi syarat, pengukuran terhadap data dilakukan dengan kuat.
2.  Observasi bebas satu sama lain dan ditarik dari populasi yang berdistribusi normal serta memiliki varian yang homogeny.

Kelemahan-kelemahan Tes-tes Statistik Parametrik
1.  Populasi harus memiliki varian yang sama.
2.  Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diukur setidaknya dalam skala interval.
3.  Dalam analisis varian ditambahkan persyaratan rata-rata dari populasi normal dan bervarian sama, dan harus merupakan kombinasi linear dari efek-efek yang ditimbulkan.

Pada statistika parametrik menggunakan skala ukur interval (minimal) dan skala ukur rasio (maksimal).

Skala ukur interval adalah skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nol mutlak. Contoh:

Data
Nilai Mata Kuliah (a)
Skor Nilai Mata Kuliah (b)
Putri
A
4
Rahmi
B
3
Risman
C
2
Sipa
D
1

Tabel di atas menunjukan bahwa A setara dengan 4, B setara dengan 3, C setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi tidak boleh dikatakan bahwa Putri adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Sipa atau Risman dua kali lebih pintar daripada Sipa. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak.

Skala ukur rasional  adalah skala pengukuran yang paling tinggi dimana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak.

Contoh:
Data
Tinggi Badan
Berat Badan
Ramdan
170
60
Reidza
160
50
Rizal
150
40
Sihab
140
30

Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatana antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh: Ramdan mempunyai berat badan dua kali lipat berat Sihab atau, Reidza mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi daripada Sihab.

Statistika paramentrik alat ujinya berupa Pearson Product Moment (PPM), Anova, Uji-t, dan Uji-F. Berikut penjelasannya.

1. Pearson Product Moment (PPM)           
Korelasi antardua variabel ekonomi dan bisnis sering menjadi perhatian oleh pengambil keputusan dibidang ekonomi dan bisnis. Misalnya manajer produksi suatu perusahaan ingin meneliti apakah terdapat korelasi antara masa kerja mesin degan jumlah produk yang cacat dari mesin tersebut untuk menganalisis korelasi antara dua variabel diperlukan suatu besaran statistik yang disebut koefisien korelasi atau diberi simbol r.

Koefesien korelasi yang digunakan untuk mengukur korelasi linear antara dua variabel, biasanya didalam statistik disebut koefisien korelasi produk-momen Pearson (Pearson Product Moment Correlation Coeffisient).
Rumus untuk menentukan koefisien korelasi linear antara dua variabel adalah:
r =

besarnya nilai koefesien korelasi antara dua vaiabel adalah dari -1 sampai dengan +1. Jika koefisien korelasi antara dua variabel mendekati -1 atau mendekati +1, maka korelasi antara dua variabel tersebut semakin kuat. Namun, jika koefisien korelasi antara dua variabel mendekati 0, maka korelasi antara dua variabel tersebut semakin lemah.

Watson dan Croft dalam bukunya yang berjudul Statistics for Management and Economics mendefinisikan koefisien korelasi antara dua variabel adalah sebagai berikut:

“Koefesien korelasi (r) adalah suatu ukuran arah dan kekuatan hubungan linear antara dua variabel random.”

Berdasarkan definisi koefisien korelasi tersebut dapat disimbulkan bahwa koefisien korelasi (r) dapat digunakan untuk (1) mengetahui derajat (keeratan) hubungan (korelasi linear) antara dua varibel dan (2) mengetahui arah hubunga antara dua variabel.

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dengan menggunakan koefisien korelasi andalah dengan menggunakan nilai absolut dari koefisien korelasi tersebut. Besarnya koefisien korelasi (r) antara dua macam variabel adalah nol sampai dengan ±1. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = 0, berarti antara dua variabel tersebut tidak berkorelasi.
Sedangkan apabila dua buah variabel mempunyai r = ±1, maka dua buah variabel tersebut mempunya korelasi sempurna.

Semakin tinggi nilai koefiisien antara dua buah variabel (semakin mendekati 1), maka tingkat keeratan hubungan antara dua variabel tersebut semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin rendah koefisien korelasi antara dua macam variabel (semakin mendekati 0), maka tingkat keeratan hubungan antara dua variabel tersebut semakin lemah.

2. Anova
Anova adalah nama yang diberikan untuk pendekatan yang memungkinkan kita menggunakan data atau sampel untuk menguji apakah dua atau lebih rata-rata populasi yang tidak diketahui adalah sama. Jika yang ingin diuji hanya dua rata-rata populasi.

Anova memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan uji hipotesis beda dua rata-rata. Kelebihan anova adalah:

·      Anova dapat menguji beda lebih dari dua rata-rata populasi secara simultan.

·      Anova dapat memasukan lebih dari satu perlakuan (treatment) ke dalam pengujian.

Sedangkan kelemahan anova adalah tidak dapat diidentifikasi rata-rata populasi mana yang berbeda di antara rata-rata populasi yang dianalisis.

Dalam anova, hipotesis yang menyatakan bahwa semua rata-rata sampel berasal dari populasi dengan rata-rata yang sama dapat diuji dalam kondisi sebagai berikut:

1. Semua sampel dipilih secara random dan independen antara sampel yang satu dengan sampel yang lain.
2. populasi dari sampel yang digunakan berdistribusi normal.
3. semua populasi mempunyai varians (σ2) yang sama.

Prosedur anova terdiri dari beberapa macam. Jenis prosedur ini tergantung dari perlakuan (treatment) yang digunakan. Jika dalam suatu anova menggunakan satu perlakuan, maka prosedur anova menggunakan anova satu arah (One way anova). Sedangkan dalam suatu anova menggunakan dua perlakuan, maka prosedur anova menggunakan anova dua arah (two way anova). Misalnya pengujian terhadap penghasilan rata-rata karyawan di bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian personalia. Anova ini menggunakan one-way anova, karena perlakuan (treatment) yang digunakan hanya satu. Atau dengan kata lain, kemungkinan perbedaan hanya bersumber dari perbedaan bagian. Namun, jika di dalam analisis dimasukan perlakuan lain (sumber perbedaan yang lain, misalnya tingkat pendidikan), maka anova menggunakan two-way anova.

Analisis terhadap pengujian hipotesis dengan menggunakan manual dilakukan hanya terhadap pengujian menggunakan anova dengan satu perlakuan saja (one-way anova), sedangkan anova dengan dua perlakuan akan dianalisis dengan bantuan program komputer statistik.


One-Way Anova
Pengujian terhadap beda lebih dari dua rata-rata dengan menggunakan satu perlakuan (treatment) dapat dilakukan dengan menggunakan one-way anova. Misalnya penelitian dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata penjualan 3 merek minuman ringan. Jika dalam penelitian tersebut menggunakan asumsi bahwa kemungkinan ada perbedaan penjualan rata-rata hanya disebabkan oleh perbedaan merek saja, berarti pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan anova satu arah (one-way anova).

Prosedur pengujian hipotesis dengan menggunakan anova terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah pengujian dengan anova adalah sebagai berikut:
a. Rumusan hipotesis
H0: μ1 = μ2 = μ3
H A: Tidak semua rata-rata populasi sama      

b. menentukan Nilai Kritis
Sama halny dengan nilai hipotesis sebelumnya, tingkat signifikansi yang digunakan sesuai dengan kesalahan yang diharapkan (Ingat, kesalahan tipe I dan kesalahan tipe II). Informasi yang diperlukan untuk menentukan nilai kritis adalah tingakat signifikansi (α) yang digunakan dalam pengujian dan degree of freedom (d.f.) yang besarnya adalah (k-1) (n-k). Tingkat signifikansi yang digunakan biasanya 1%, 5%, atau 10%.

c. Menentukan Nilai Hitung

SS total = SSB + SSW

Keterangan:
SSB  = Sum of Square Between
SSW = Sum of Square Within
MSB = Mean Square Between
MSW            = Mean Square Within
Tc      = Total pada masing-masing treatment
nc      = Jumlah observasi pada kolom
n       = Jumlah observasi total (n = n1 + n2 + n3 + ... + nk)
k        = Jumlah treatment (perlakuan)
Ss total= Sum of Square of Square Total

d. Keputusan
Hasil dari langkah keputusan adalah apakah pengujian ini menerima H0 atau menolak H0. Kriteria menerima H0 atau menolak H0 adalah dengan membandingkan antara nilai hitung dengan nilai kritis. Jika nilai hitung lebih kecil daripada nilai kritis, maka keputusan dalam pengujian ini adalah menerima H0. Sebaliknya, jika nilai hitung lebih besar daripada nilai kritis, maka keputusan dalam pengujian ini adalah menolah H0.
Keputusan dapat juga dibuat dengan mengidentifikasi nilai hitung pada kurva distribusi F. Jika nilai hitung berada di daerah penerimaan H0, maka keputusan dalam pengujian ini adalah menerima H0. Sebaliknya, jika nilai hitung berada di daerah penolakan H0, maka keputusan dalam pengujian ini adalah menolak H0.

e. Kesimpulan
Kesimpulan diibuat berdasarkan hasil keputusan pada langkah 4. Jika keputusan yang diambil adalh menerima H0, berarti kesimpulannya adalah semua rata-rata populasi sama. Sedangkan jika keputusannya adalah menolak H0, maka kesimpulannya adalah tidak semua rata-rata populasi sama.


Two-Way Anova
Pada bagian ini akan diuraikan prosedur pengujian hipotesis dengan anova yang menggunakan dua perlakuan (treatment) yang berbeda. uji hipotesis mengenai perbedaan rata-rata lebih dari dua populasi dengan dua perlakuan berarti diduga terdapat dua sumber penyebab terjadinya perbedaan rata-rata populasi tersebut.

Dua perlakuan yang digunakan dalam pengujian hipotesis dengan anova tersebut masing-masing ditempatkan pada kolom dan pada baris. Misalnya penelitian dilakukan untuk menguji perbedaan penghasilan rata-rata per hari pedagang bakso, sate, dan pedagang ronde. Diduga perbedaan penghasilan rata-rata perhari pedagang tidak saja bersumber dari perbedaan profesi mereka saja (yaitu pedangan bakso, pedagang sate, dan pedagang ronde), namun dapat saja perbedaan penghasilan rata-rata per hari bersumber dari perbedaan mereka beroprasi (berjualan). Dengan demikian dalma pengujian ini diduga terdapat dua sumber penyebab terjadinya perbedaan penghasilan rata-rata perhari ke tiga pedagang, yaitu dapat bersumber dari perbedaan profesi dan dapat pula perbedaan tersebut bersumber dari perbedaan lokasi.

Uraian mengenai uji hipotesis dengan two-way anova berikut ini tidak diuraikan menggunakan cara manual, namun disajikan dengan menggunakan analisis terhadap hasil perhitungan dengan menggunakan komputer. Perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung pemrosesan data adalah MICROSTAT, SPSS, dan Ms. Excel. Pengujian dengan two-way anova memiliki dua macam yaitu pengujian denga asumsi dua perlakuan (treatment) yang tidak saling berinteraksi (two-way without interaction) dan dengan asumsi kedua perlakuan (treatment) saling berinteraksi (two-way interaction).

Two-way anova without interaction berarti memasukkan dua perlakuan (treatment) dalam pengujian tersebut.

3. Uji-T
Digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung.
          Ho: Diterima jika t hitung £ t tabel
             Ha: Diterima jika t hitung > t tabel
 



Karena t hitung (4,167) > dari t tabel (1,943) maka Ha diterima ada pengaruh iklan terhadap penjualan.


4. Uji-F
Uji F digunakan untuk uji ketepatan model, apakah nilai prediksi mampu menggambarkan kondisi sesungguhnya:
          Ho: Diterima jika F hitung £ F tabel
             Ha: Diterima jika F hitung > F tabel
 



Karena F hitung (17,367) > dari F tabel (5,99) maka persamaan regresi dinyatakan Baik (good of fit).


B. Statistika Nonparametrik

Statistika nonparameter adalah statistika yang bebas persyaratan. Statistika inferensial memerlukan adanya data yang berasal dari sampel pada suatu populasi dan hipotesis atau jawaban sementara untuk diuji.

statistika nonparameter merupakan statistika yang dalam tenik analisis tidak memerlukan populasi berdistribusi normal atau disebut dengan statistika yang bebas distribusi. Teknik pengujian hipotesis pada statistika parameter umumnya memiliki padanan dalam statistika nonparameter, baik variabel univariat maupun variabel bivariat.

Keuntungan-keuntungan Tes Statistik Non Parametrik:
1.  Pernyataan kemungkinan yang diperoleh dari sebagian besar tes statistik nonparametrik adalah kemungkinan-kemungkinan yang eksak (kecuali untuk kasus sampel yang besar, dimana terdapat pendekatan-pendekatan yang sangat baik), tak peduli bagaimana bentuk distribusi populasi yang merupakan induk sampel-sampel yang kita tarik. Ketetapan pernyataan kemungkinan itu tidaklah bergantung pada bentuk populasinya, meskipun beberapa tes nonparametrik mungkin menganggap kesamaan bentuk (shape) dua distribusi populasi atau lebih, dan beberapa tes yang lain menganggap distribusi populasi yang simetris. Dalam kasus-kasus tertentu tes nonparametrik memang menganggap bahwa distribusi yang mendasarinya adalah kontinyu, suatu anggapan yang dibuat juga oleh tes-tes parametrik.
2.  Jika sampelnya sekecil N = 6 , hanya tes statistik nonparametrik yang dapat digunakan kecuali kalau sifat distribusi populasinya diketahui secara pasti.
3.  Terdapat tes-tes statistik nonparametrik untuk menggarap sampel-sampel yang terdiri dari observasi-observasi dari beberapa populasi yang berlainan. Tidak satupun di antara tes-tes parametrik dapat digunakan untuk data semacam itu tanap menuntut kita untuk membuat anggapan-anggapan yang nampaknya tidak realistis.
4.  Tes-tes statistik nonparametrik dapat untuk menggarap data yang pada dasarnya merupakan ranking dan juga untuk data yang skor-skor keangkaannya secara sepintas kelihatan memiliki kekuatan ranking. Artinya, peneliti hanya dapat berkata bahwa satu objeknya memiliki ciri yang lebih atau kurang dibanding yang lain, tanpa dapat mengatakan seberapakah kurang atau lebihnya itu. Misalnya dalam mempelajari suatu variabel seperti kecemasan kita mungkin menyatakan bahwa subjek A lebih cemas daripada subjek B tanpa tahu sama sekali secara tepat seberapakah A itu lebih cemas jika datanya pada dasarnya berupa ranking, atau bahkan jika data itu hanya bisa dikategorisasikan sebagai plus atau minus (lebih atau kurang, lebih baik atau lebih buruk), data itu dapat digarap dengan metode nonparametrik sedang metode-metode parametrik tidak dapat digunakan jika kita tidak membuat anggapan-anggapan yang “berbahaya”, atau mungkin tidak realistis, mengenai distribusi-distribusi yang melandasinya.
5.  Metode-metode non parametrik dapat digunakan untuk menggarap data yang hanya merupakan klasifikasi semata, yakni yang diukur dalam skala nominal. Tidak ada satu teknik parametrikpun yang dapat diterapkan untuk data semacam itu.
6.  Tes-tes statistik nonparametrik lebih mudah dipelajari dan diterapkan dibandingkan dengan tes-tes parametrik.


Kelemahan-kelemahan Tes-tes Statistik Nonparametrik:
1.  Jika data telah memenuhi semua anggap model statistik parametrik, dan jika pengukurannya mempunyai kekuatan seperti yang dituntut, maka penggunaan tes-tes statistik nonparametrik akan merupakan penghamburan data. Tingkat penghamburan atau penyia-nyiaan itu dinyatakan oleh kekuatan efisiensi tes nonparametrik. Kita ingat bahwa bila suatu tes statistik nonparametrik kekuatan efisiensi besar, katakanlah 90% ini berarti bahwa kalau semua syarat tes parametrik dipenuhi, maka tes parametrik yang sesuai akan efektif dengan sampel yang 10% lebih kecil daripada yang digunakan dalam analisis nonparametrik.

2.  Belum ada satupun metode nonparametrik untuk menguji interaksi-interaksi dalam model analisis varian, kecuali kita berani membuat anggapan-anggapan tentang aditivitas (additivity). (Mungkin ini bukan merupakan hal khusus dalam tes nonparametrik, karena tes-tes statistik parametrik juga terpaksa membuat anggapan mengenai aditivitas itu. Tetapi masalh interaksi derajat tinggi harus dibicarakan dalam literatur metode-metode nonparametrik).

3.  Keberatan lain yang diajukan terhadap metode nonparametrik adalah bahwa tes-tes ini dan tabel-tabel yang menyertainya yang berisikan harga-harga signifikan, tersebar dalam berbagai macam penerbitan, banyak di ataranya sangat khusus sifatnya, dan karenanya bahan-bahan itu dapat dikatakan tidak mungkin dijangkau oleh ilmuan sosial. Dalam mempersiapkan buku ini, maksud penulis adalah untuk menggempur keberatan itu.

Skala pengukuran dalam statistika nonparametrik yaitu skala ukur nominal (minimal) dan skala ukur ordinal (maksimal).

Skala ukur nominal adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain.

Contoh:
Data
Kode (a)
Kode (b)
Silmi
1
4
Rina
2
2
Rizki
3
3
Santi
4
1

Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa mempengaruhi apapun.

Skala ukur ordinal adalah skala ranking, dimana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak.
Contoh:
Data
Skala kecantikan (a)
Skala kecantikan (b)
Rusda
4
10
Sandia
3
6
Resti
2
5
Sigita
1
1

Skala kecantikan (a) di atas menunjukan bahwa Rusda paling cantik (dengan skor tertinggi 4), dan Sigita yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Rusda adalah empat kali lebih cantik daripada Sigita. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukan skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukan kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan antara Rusda dan Sandia tidak sama dengan selisih kecantikan antara Sandia dan Resti meskipun keduaya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.
Skala nominal dan skala ordinal biasanya mempergunakan analisis statistik nonparametrik, contoh: korelasi kendall, korelasi rank spearmen, chi kuadrat, dan lain-lain.

Alat ukur untuk Statistika parametrik diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Rank Spearman (rs)
Fungsi
Dari semua statistik yang didasarkan atas ranking (jenjang), koefisien korelasi rank Spearman adalah yang paling awal dikembangkan dan mungkin yang paling dikenal dengan baik hingga kini. Statistik ini kadang-kadang disebut rho, di sini ditulis dengan rs. Ini adalh ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek –objek atau individu-individu yang dipelajari dapat diranking dalam dua rangkaian berurut.

Dasar Pemikiran
Misalkan N individu diranking menurut dua variabel. Misalnya: kita mungkin mengatur sekelompok siswa dalam urutan berdasarkan skor-skor mereka pada tes masuk perguruan tinggi, dan juga dalam urutan berdasarkan indeks prestasi pada akhir tahun pertama. Jika ranking pada tes masuk itu dinyatakan sebagai X1, X2, X3, ... , Xn dan ranking indeks prestasi mereka diwakili dengan Y1, Y2, Y3, ... , Yn, kita dapat menggunakan suatu ukuran korelasi rank untuk menetapkan hubungan antara X dan Y.

Kita dapat melihat bahwa korelasi antara rank tes masuk perguruan tinggi dan indeks prestasi akan sempurna jika, dan hanya jika Xi = Yi untuk semua i. Oleh sebab itu masuk akal kiranya jika kita menggunakann selisih-selisih di = Xi – Yi sebagai petunjuk perbedaan antara kedua himpunan ranking itu. Misalkan Shinta mendapatkan skor puncak pada ujian masuk tapi menempati urutan kelima dalam indeks prestasi di kelasnya. Shinta akan mempunyai d sebesar -4. Dipihak lain, Sandra menduduki tempat kesepuluh pada ujian masuk tetapi menjadi juara kelas. Sandra mempunyai d sebesar 9. Ukuran besar berbagai di ini membuat kita memperoleh gagasan mengenai seberapa erat hubungan antara skor ujian masuk dengan indeks prestasi. Jika hubungan antara kedua himpunan rank itu sempurna. Setiap di akan sama dengan 0.

Selanjutnya, dalam menghitung suatu koefisien korelasi akan canggung jika kita menggunakan harga di secara langsung. Satu kesulitan adalah bahwa di negatif akan menghapuskan di yang positif ketika kita berusaha menentukan jumlah perbedaannya. Tetapi jika yang kita gunakan adalah di 2, dan bukanlah di, kesulitan ini teratasi. Jelaslah bahwa makin besar harga-harga di, makin besar pula-lah harga .

Penjabaran rumus untuk menghitung rs cukup sederhana. Akan kita sajikan disini, sebab hal ini membantu menunjukan sifat-hakikat koefisien itu, dan juga karena penjabaran tersebut akan mengungkapkan bentuk-bentuk lain yang dapat dipakai untuk menyatakan rumus itu. Satu di antara kemungkinan-kemungkinan bentuk yang lain itu akan dipergunakan nanti bila kita perlu melakukan koreksi koefisiennya karena adanya skor-skor beraneka sama.
Jika x = X -  , di mana  mean skor pada variabel X, dan jika y = Y - , maka rumsu umum suatu koefisien korelasi adalah (Kendall, 1948a, bab 2)
r =



Dimana jumlah-jumlah mencakup harga-harga N dalam sampelnya.

2. Uji Dua Variabel Kategori
Uji dua variabel kategori dalam ilmu statistika lebih dikenal dengan sebutan tabel silang (cross-tabulation), yaitu analisis yang ingin menguji apakah dua variabel yang bersifat ketegori bersifat independen (tidak berhubungan) atau dependen (berhubungan).

Contoh “rekaan berdasarkan kasus di atas, andai saja sampel PDAM = 100 dan HIPPAM = 200.  Seandainya hasilnya sebagai berikut :

<= 47 tahun
>  47 tahun
Total
PDAM
100
0
100
HIPPAM
0
200
200
Total
100
200

Tabel ini, akan menjelaskan bahwa, semua yang menggunakan PDAM adalah penduduk berusia hingga 47 tahun, dan semua yang menggunakan HIPPAM adalah penduduk berusia lebih dari 47 tahun. Atau semua penduduk berusia hingga 47 tahun menggunakan PDAM, dan semua penduduk berusia lebih dari 47 tahun menggunakan HIPPAM. Maka pada kasus semacam ini berarti “ADA HUBUNGAN” antara usia dan air yang dipakai. Hubungan sempurna seperti ini mengakibatkan nilai chi kuadrat yang diperoleh adalah sebesar 300 (sama dengan jumlah sampel). Begitu pula bila tabelnya sebagai berikut :

<= 47 tahun
>  47 tahun
Total
PDAM
0
100
100
HIPPAM
200
0
200
Total
200
100




Akan tetapi bila, komposisi hasil frekuensi adalah berimbang, seperti pada tabel berikut :

<= 47 tahun
>  47 tahun
Total
PDAM
50
50
100
HIPPAM
100
100
200
Total
150
150

Tabel ini bisa dibaca dari dua sisi :
Penduduk yang menggunakan PDAM, 50% berusia hingga 47 tahun, dan 50% berusia lebih dari 47 tahun. Sedangkan pada penduduk yang menggunakan HIPPAM, 50% berusia hingga 47 tahun, dan 50% berusia lebih dari 47 tahun. Artinya, tidak ada kecenderungan usia yang terlihat pada jenis air yang digunakan. Pilihan tersebar merata. Dapat pula di baca dari kolom sebagai berikut :

Pada penduduk berusia hingga 47 tahun, 33,33% memilih PDAM, sedangkan pada penduduk berusaia lebih dari 47 tahun, 33,33 % ,memilih HIPPAM.  Maka, pada tabel ini tidak terihat adanya hubungan antara usia dengan air yang dipakai. Pada tabel yang semacam ini akan menghasilkan nilai chi-square sebesar 0, artinya “TIDAK ADA HUBUNGAN” antara usia dan air yang dipakai.

Nah, bagaimana bila, hasil tabel silang yang diperoleh ternyata mempunyai sifat diantara kedua bentuk “ekstrem” ini? Tentu saja bila nilainya mendekati nol, maka kesimpulan akan mengarah pada “TIDAK ADANYA HUBUNGAN” kedua variabel, sedangkan bila nilainya mendekati ukuran sampel (pada contoh ini adalah 300), maka kesimpulan akan mengarah pada “ADANYA HUBUNGAN” kedua variabel. Sehingga dibutuhkan sebuah “nilai kritis” yang akan mempermudah pengambilan keputusan pada tingkat kesalahan sebesar alpha, dan terkoreksi oleh jumlah kategori untuk masing-masing variabel, yang disingkat dengan c2(a;(baris-1)(kolom-1)). Pada contoh ini karena kedua variabel memiliki dua kategori, maka simbol nilai kritisnya adalah : c2(0,05;(2-1)(2-1)) atau c2(0,05;1). Nilai kritis ini dapat dengan mudah dihitung melalui EXCELL dengan fungsi : =CHIINV(0.05,1) enter  (tanda sama dengan diketikkan dalam sel excell), akan menghasilkan nilai 3,841459  atau disingkat menjadi 3,84. Apabila nilai chi square sama dengan atau lebih kecil dari 3,84 maka diperoleh kesimpulan “TIDAK ADANYA HUBUNGAN”, sedangkan bila nilai chi square lebih besar dari 3,84 maka diperoleh kesimpulan “ADANYA HUBUNGAN” pada kedua variabel yang diuji.

Jadi pada contoh sesungguhnya seperti dalam gambar yang dikirim, nilai chi kuadrat (df=1, n=26)=0,008  adalah lebih kecil dari 3,84 memberikan kesimpulan bahwa “TIDAK ADA HUBUNGAN” yang signifikan antara usia dengan jenis air yang dipakai.

3. Uji Mann Whitney
Fungsi
Jika tercapai setidak-tidaknya pengukuran ordinal, tes U Mann Whitney dapat dipakai untuk menguji apakah dua kelompok independen telah ditarik dari populasi yang sama. Tes ini termasuk dalam tes-tes paling kuat di antara tes-tes nonparametrik. Tes ini merupakan alternatif lain untuk tes t parametrik yang paling berguna apabila peneliti ingin menghindari anggapan-anggapan tes t itu, atau manakahla pengukuran dalam penelitiannya lebih lemah dari skala interval.


4. Uji Kruskal Wallis
Kruskal-Wallis test dikembangkan oleh Kruskal dan Wallis. Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel. Uji Kruskal-Wallisdigunakan ketika asumsi ANOVA tidak terpenuhi. ANOVA adalah teknik analisis data statistik yang digunakan ketika kelompok-kelompok variabel bebas lebih dari dua. Pada ANOVA, kita asumsikan bahwa distribusi dari masing-masing kelompok harus terdistribusi secara normal. Dalam uji Kruskal-Wallis, tidak diperlukan asumsi tersebut, sehingga uji Kruskal-Wallis adalah uji distribusi bebas. Jika asumsi normalitas terpenuhi, maka uji Kruskal-Wallis tidak sekuat ANOVA. Penyusunan hipotesis dalam uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut:


H0 : sampel berasal dari populasi yang sama (µ1 = µ2 = … = µk)

Ha : sampel berasal dari populasi yang berbeda (µi = µj)

Uji Kruskal Wallis harus memenuhi asumsi berikut ini:
- Sampel ditarik dari populasi secara acak
- Kasus masing-masing kelompok independen
- Skala pengukuran yang digunakan biasanya ordinal
- Rumus umum yang digunakan pada uji kruskal wallis adalah :

Statistik uji Kruskal Wallis menggunakan nilai distribusi Chi-kuadrat dengan derajat bebas adalah k-1 dengan jumlah sample harus lebih dari 5. Jika nilai uji Kruskal Wallis lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat tabel, maka hipotesis null diterima, berarti sampel berasal dari populasi yang sama, demikian pula sebaliknya.

Ilustrasi:
Berikut ini adalah hasil survey tingkat kepentingan terhadap 3 atribut yang dinotasikan dengan 1 adalah “terdapat banyak tenan-tenan terkenal”, 2 untuk “kelengkapan menu di foodcourt”, dan 3 untuk “frekuensi hiburan” pada sebuah Mall di kota X dimana pertanyaan terhadap ketiga atribut diambil secara acak. Jumlah responden sebanyak 30 orang dibagi ke dalam 3 kelompok. Setiap kelompok ditanyakan tingkat kepentingan terhadap masing-masing dari 3 atribut. Jawaban responden diidentifikasikan dengan skala likert, dimulai dari “1” untuk sangat penting, dan “5” untuk tidak penting.

Data yang diberikan adalah sebagai berikut:
kruskal wallis_2.JPG

5. Uji Friedman
Pengujian dengan uji Friedman sama sepertidalam uji analisis dua arah dalam statistik parametrik. Uji ini diperkenalkan oleh Milton Friedman tahun 1937 dan termasuk dalam uji nonparametrik yang tidak membutuhkan asumsi distribusi normal dan varians populasi tidak diketahui.  Sakal data yang digunakan dapat berupa ordinal. Uji Friedman merupakan alternatif yang dilakukan apabila pengujian dalam ANOVA tidak terpenuhi asumsi-asumsi seperti tersebut di atas.

Setiap sampel mendapatkan perlakukan yang berbeda (repeated measurement). Pegambilan data pada setiap sampel dilakkan sebelum (pre test) dan sesudah (post test).

Formula uji Friedman

Dimana: :
  
= Nilai khai-kuadrat jenjeng dua arah Friedman
n      = jumlah sampel
k      = banyaknya kelompok sampel
1,3, 12 = konstanta

Contoh kasus:
Suatu metode diet penurunan berat badan yaitu meode DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertension) diuji coba terhadap 10 orang sebagai sampel. metode ini bertujuan menurunkan tekanan darah. Pelaku diet tidak berpantang terhadap makanan dan hanya memperbanyak sayuran dan buah-buahan. Untuk menguji apakah metode ini efektif menurunkan berat badan, dilakukan uji coba terhadap 10 orang. Pengukuran berat badan dilakukan sebelum program diet, 1 minggu melakukan program diet DASH dan 2 minggu kemudian. Apakah terdapat perbedaan antara ketiga kelompok sampel tersebut?



Data sampel sebagai berikut :
Data Uji Friedman.jpg

Langkah-langkah dalam SPSS:
Pada langkah pertama, akan diuji normalitas data dengan uji kolmogorov Smirnov. Hasilnya sebagai berikut.

Normal Kolmogorov Smirnov.jpg
Pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov di atas, nilai signifikansi pada sampel sebelum diet sebesar (0.152), minggu 1 (0.002) dan minggu 2 (0.200). Hanya kelompok sampel sebelum diet dan sampel minggu 2 yang berdistribusi normal sedangkan kelompok sampel minggu 1 tidak berdistribusi normal. Oleh karena tidak terpenuhi asumsi normal pada semua kelompok sampel maka digunakan uji Friedman.





Langkah-langkah
·        Analyze< Nonparametrics
Langkah Uji Friedman.jpg
·       Masukkan variabel sebelum diet, Minggu 1 dan Minggu 2 ke Test Variables
·       Pada pilihan test type centang pilihan Friedman
·       Pada menu Statistics, centang pilihan Descriptive, kemudian OK

Hasil Output SPSS sebagai berikut.
 Output Mean Rank.jpg


Nilai rata-rata rank berat badan merupakan nilai bukan sebenarnya, tetapi dilakukan rangking terhadap data aktual. Nilai mean rank sebelum diet sebesar 2.60, pada minggu 1 nilai mean rank turun menjadi 2.00 sedangkan pada minggu 2 nilai mean rank turun lagi menjadi 1.40.
Output Uji Friedman.jpg
Hasil uji Friedman, nilai chi-square sebesar 7,200. Nilai df=2;(k-1), dimana k adalah banyaknya kelompok sampel yaitu 3 sampel, sedangkan nilai signifikansi p-value 0,027. Karena nilai p-value 0,027 lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulannya adalah terdapat perbedaan nilai rata-rata rank antara sebelum diet, diet minggu 1 dan diet minggu 2.

Untuk menguji atau membandingkan antara 2 kelompok, misalnya sampel sebelum diet dengan diet minggu 1, sebelum diet dan minggu 2 atau diet minggu 1 dengan minggu 2 dapat dilakukan dengan uji Post Hoc.

6. Uji Wilcoxon
Uji wilxocon merupakan metode statistika yang dipergunakan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan, maka jumlah sampel datanya selalu sama banyaknya. Pada statistika parametik uji ini memiliki kemiripan dengan uji perbedaan dua rata-rata populasi yang berkorelasi. Tanda postif dan negatif dari selisih pasangan data yang kemudian di ranking inilah unsur utama yang dipergunakan dalam analisis. Disamping itu juga dapat digunakan untuk menguji satu sampel dengan menggunakan median tertentu yang akan diuji sebagai standar atau patokan. Penggunaan satu sampel pada uji ini mendasarkan pada skor median sebagai pengurang terhadap data. Kedua penggunaan uji Wilxocon baik dengan dua sampel atau satu sampel, data asli tidak langsung dianalisis tetapi menggunakan selisih kedua skor kemudian dilakukan ranking. Hal ini menjadi dasar alasan uji Wilxocon tidak termasuk dalam statistika parametrik yang mensyaratkan distribusi tertentu. Adapun langkah-langkah uji Wilxocon sebagai berikut :

1.    Memberi harga mutlak pada setiap selisih pasangan data (X-Y). Harga mutlak diberikan dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Harga mutlak terkecil diberi nomor urut atau ranking 1, kemudian selisih yang berikutnya diberikan nomor urut atau ranking 2 dan seterusnya.
2.    Setiap selisih pasangan (X-Y) diberikan tanda postif dan negatif
3.    Hitunglah jumlah ranking yang bertanda positif dan negatif.
4.    Selisih tanda ranking yang terkecil atau sesuai dengan arah hipotesis, diambil sebagai harga mutlak dan diberi huruf J. Harga mutlak yang terkecil atau J dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji Wilxocon.

Untuk menguji hipotesis dipergunakan taraf signifikansi (nyata) α = 0,05 atau α = 0,01. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan harga mutlak J yang dipilih dengan harga J pada taraf nyata tertentu, maka H diterima atau ditolak.

Contoh :
Pengujian Wilxocon dengan menggunakan dua kelompok sampel kecil.

Seorang guru membandingkan penggunaan benda asli dengan benda tiruan dalam pelajaran IPS. Sampel acak masing-masing berjumlah n = n =10 diambil dari dua populasi berbeda pada suatu Madrasah Ibtidaiyah. Hasil tes menggunakan media yang berbeda diperoleh data sebagai berikut :

Hasil ujian mata pelajaran IPS dengan menggunakan benda Asli (X)  adalah :
23, 21, 26, 30, 35, 42, 33, 41, 29, 33
Hasil ujian mata pelajaran IPS dengan menggunakan benda tiruan (Y) adalah :
29, 20, 30, 25, 34, 40, 30, 34, 21, 31

Untuk kepentingan analisis data disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel
Skor Penggunaan Benda Asli dan Skor Benda Tiruan
dalam Mata Pelajaran IPS

No


X

Y

(X-Y)
Ranking
(X-Y)
Tanda
Positif
Negatif
1
23
29
-6
8

-8
2
21
20
1
1,5
1,5

3
26
30
-4
6

-6
4
30
25
5
7
7

5
35
34
1
1,5
1,5

6
42
40
2
3,5
3,5

7
33
30
3
4
4

8
41
34
7
9
9

9
29
21
8
10
10

10
33
31
2
3,5
3,5

Jumlah
40
-14

Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
H : tidak ada perbedaan menggunakan media benda asli dengan media benda tiruan dalam mata pelajaran IPS
H : Terdapat perbedaan menggunakan media benda asli dengan media benda tiruan dalam mata pelajaran IPS.

Hipotesis statistik adalah :
H : Ma = Mt
H : Ma ≠ Mt
Taraf nyata atau signifikansi digunakan α = 0,05

Kriteria pengujian hipotesis, jika J dari hasil perhitungan lebih kecil atau sama dengan J dari daftar tabel dengan taraf nyata tertentu, maka H ditolak dan sebaliknya.
         
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap jumlah harga mutlak yang diambil (terkecil) adalah J = 14. Sedangkan harga J pada tabel dengan taraf nyata α = 0,05 diperoleh harga J tabel = 8. Dari kriteria pengujian yang telah ditetapkan, maka harga Jhitung  > Jtabel , maka H tidak dapat diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan menggunakan media benda asli dengan benda tiruan dalam pelajaran IPS di MI.

Contoh Uji Wilxocon dengan satu sampel :
Seorang peneliti mencoba cara pembelajaran dengan permainan ular tangga pada pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan di kelas 2 MI. Populasi berupa kemampuan siswa dalam bidang matematika, diambil secara acak atau random sebanyak 12 siswa sebagai sampel penelitian. Hasil pengukuran setelah mengikuti pembelajaran matematika dilakukan pengetesan diperoleh data sebagai berikut :
23, 22, 29, 30, 21, 34, 32, 25, 19, 20, 36, dan 28.

Perhitungan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah median populasi. Bentuk hipotesis pada penelitian ini adalah membandingkan dengan standar tertentu yaitu median populasi dan tidak dibandingkan dengan kelompok lain. Oleh karena itu bentuk rumusan hipotesis yang akan dianalisis adalah :
H : median populasi = M
H : median populasi ≠ M
Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05,
Kriteria pengujian satu sisi, H ditolak jika : Jhitung  ≤ Jtabel  dan terima H : jika Jhitung  > Jtabel

Peneliti terlebih dahulu menetapkan besarnya median dugaan sebagai standar perbandingan median data. Misal peneliti menetapkan median populasi adalah M = 27, akan diuji apakah median M = 27 atau bukan. Untuk kepentingan pengujian perlu dibuat daftar tabel sebagai berikut :


Tabel
Data Hasil Ujian Matematika Penjumlahan
Dengan Permainan Ular dan Tangga

Data x


(X-M)
Peringkat
|X-M|

Tanda Peringkat
Positif
Negatif
23
23-27 = -4
5

-5
22
-5
6,5

-6,5
29
2
2,5
2,5

30
3
4
4

21
-6
8

-8
34
7
9,5
9,5

32
5
6,5
6,5

25
-2
2,5

-2,5
19
-8
11

-11
20
-7
9,5

-9,5
36
9
12
12

28
1
1
1

Jumlah
35,5
42,5

Dari hasil hitungan jumlah tanda peringkat yang terkecil J = 35,5 dengan α = 0,05 dan n = 12 diperoleh harga Jtabel  = 14. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis Jhitung  > Jtabel  atau 35,3 > 14, maka H diterima. Dengan demikian median populasi sama dengan 27.
Penggunaan uji wilxocon untuk sampel besar, yaitu lebih dari 25, maka harga J diasumsikan berdistribusi normal dengan rata-rata dan simpangan baku sebagai berikut :

Kriteria pengujian menggunakan distribusi normal baku dengan menggunakan transformasi :


Dengan demikian transformasi ini teknik pengujian sama dengan pengujian skor baku. Berikut ini contoh pengujian untuk sampel besar. Seorang guru memprediksi dengan menggunakan metode mengajar X prestasi siswa mencapai median = 40. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel acak sebanyak 30 siswa. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut :

H : menggunakan metode mengajar X prestasi siswa mencapai median M = 40
H : menggunakan metode mengajar X prestasi siswa mencapai median M > 40

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :
H : M = 40
H : M > 40
Tarif nyata digunakan α = 0,05
Dari hasil eksperimen diperoleh data dalam tabel berikut :

Tabel
Hasil Ujian Siswa Menggunakan Metode X

Data X


( X-M )
Peringkat
|X-M|
Tanda Peringkat
Positif
Negatif
38
38-40= -2
-11,5

115
40
0



40
0



41
1
4,5
4,5

40
0



40
0



44
4
20
20

44
4
20
20

41
1
4,5
4,5

41
1
4,5
4,5

45
5
23
23

43
3
16,5
16,5

45
5
23
23

43
3
16,5
16,5

39
-1
4,5


41
1
4,5
4,5

39
-1
4,5

4,5
45
5
23
23

48
8
25,5
25,5
4,5
42
2
11,5
11,5

42
2
11,5
11,5

42
2
11,5
11,5

37
-3
16,5

16,5
38
-2
11,5

11,5
41
1
4,5
4,5

44
4
20
20

48
8
25,5
25,5

42
2
11,5
11,5

43
3
16,5
16,5

39
-1
4,5

4,5
Jumlah
272,5
53

Jumlah n = 30, karena karena ada 4 skor yang memperoleh skor sama dengan median, maka jumlah dikurangi 4, sehingga n = 26.
Kriteria pengujian satu sisi H ditolak jika : Jhitung ≤  Jtabel  dan terima  H : jika Jhitung > Jtabel
 
Jumlah J diantara jumlah kedua ranking yang terkecil adalah 53.




Harga z untuk -3,11 dalam tabel mempunyai peluang atau p = 0,0009. Harga p karena lebih kecil dari  α = 0,05, maka H ditolak dan menerima H. Dengan demikian dapat disimpulkan menggunakan metode mengajar X prestasi siswa mencapai median (M) > 40.

7. Uji Chi-Kuadrat
Distribusi variabel acak kontinu yang lain adalah distribusi chi kuadrat yang disimbolkan dengan  (baca: chi-kuadrat). Distribusi ini berasal dari distributor normal baku (z) yang memiliki rata-rata sama dengan nol (0) dan variansi sama dengan satu (1). Apabila harga z dikuadratkan dan dijumlahkan akan membentuk distribusi gamma yang disebut dengan chi-kuadrat dalam bentuk :

Bentuk lain dapat ditulis dengan :
Karena z dikuadratkan (), maka tidak ada harga  yang bertanda negatif yaitu > 0 dan v >0 akibatnya distribusi chi-kuadrat tidak simetris. Distribusi chi-kuadrat yang berasal dari jumlah skor baku yang dikuadratkan maka fungsi densitas distribusi peluang chi-kuadrat adalah:

v merupakan dk, distribusi peluang  selain berubah menurut  juga bergantung pada besaran v, dan seluruh luas kurva chi-kuadrat sama dengan satu. Dengan demikian chi-kuadrat berubah mengikuti besaran harga  juga berubah menurut derajat kebebasan (dk). Distribusi chi-kuadrat diturunkan dari jumlah kuadrat normal baku, maka distribusi ini cocok digunakan untuk parameter atau statistik variansi yang juga merupakan kuadrat dari simpangan.

Rata-rata chi kuadrat =  dan simpangan baku chi-kuadrat =  
Untuk memudahkan perhitungan chi-kuadrat telah dibuat daftar distribusi chi-kuadrat dalam bentuk tabel. Tabel chi-kuadrat terdiri dari kolom yang berisikan derajat kebebasan (v) dan baris paling atas beisikan masing-masing harga  untuk pasangan dk peluang p yang besarnya tertentu. Luas daerah yang di sebelah kiri  adalah peluang p.





3. KRITIK DAN SARAN
Kritik:
Terlalu cepat dalam penyampaian materi.
Saran:
Jika bisa penyampaiannya jangan terlalu cepat agar dalam mencatat dan memahami materi tidak terburu-buru.
DAFTAR PUSTAKA
Siegel, Sidnye. 1992. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
statistik4life.blogspot.com