Jumat, 13 Februari 2015

Makalah "Retorika"

MAKALAH
RETORIKA
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibina oleh:
Yulis Sulistiana Dewi, S.Pd., M.Pd.I.


Di susun oleh:
Nama        : Sispa Sritin Agustina
NIM          : 1133070214


MKS 2 - E
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014



---------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR

Di antara yang Allah berikan kepada manusia, berbicara adalah salah satu karunia yang besar dan patut untuk disyukuri, karena ada beberapa orang yang tidak mendapatkan karunia tersebut. Dengan kemampuan berbicara, manusia dapat menyampaikan berbagai hal, baik itu secara formal ataupun informal.

Dibandingkan tulisan, berbicara lebih diterima dengan mudah dalam mempengaruhi orang lain. Agar orang lain tertarik dan percaya pada apa yang disampaikan maka diperlukanlah suatu seni yaitu retorika berbicara. Hal itu tidaklah mudah, perlu latihan banyak (tampil di depan orang lain) dan berani menerima kritikan demi meningkatkan kualitas bicara.

Dalam meningkatkan pengetahuan mengenai “Retorika Berbicara”, maka penulis memilih tema tersebut dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu dalam meningkatkan kualitas berbicara pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran dari pembaca akan membantu penulis dalam meningkatkan kualitas tulisannya.

Bandung, 24 Maret 2014


Penulis



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak orang yang tidak peduli dengan seni berbicara yang baik. Padahal, seni berbicara sangat berpengaruh pada pencitraan bagi diri seseorang. Dengan penggunaan seni berbicara seseorang bisa mendapatkan banyak manfaat baik diri sendiri maupun bagi pendengar.
                                                                               
Ketika ada segelintir orang yang tidak peduli pada salah satu ilmu linguistik yaitu retorika ini. Disisi lain, justru ada yang giat dalam melatih dirinya mahir berbicara di muka umum (public speaking). Biasanya, orang seperti itu adalah orang yang berkeinginan kuat untuk menjadi seorang pemimpin.

Adapula segelintir orang yang tidak tahu bagaimana memberanikan dirinya untuk berbicara dihadapan oranglain. Orang-orang inilah yang memerlukan motivasi lebih dalam peningkatan kemampuan dan kualitas diri. Untuk itu, pembahasan mengenai retorika ini sangat menarik untuk dicermati. Sebenarnya, banyak hal lainnya yang berkaitan dengan retorika. Namun, tanpa motivasi dalam diri sendiri untuk kemampuan ini, semuanya tidak akan terwujud. Perlu tekad yang kuat dan latihan yang tekun untuk menjadi seorang pembicara yang hebat.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat disimpulkan, rumusan masalah dari hal tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana pendapat para tokoh mengenai retorika?
2.    Apa saja yang termasuk cakupan dalam retorika?
3.    Apa saja jenis-jenis dari retorika?
4.    Kenapa banyak orang beralasan untuk mempelajari retorika?
5.    Seperti apakah metode berbicara yang umumnya digunakan?
6.    Apakah ciri-ciri dari seorang pembicara yang baik?
7.    Bagaimana dalam pengusaan public speaking?


C.     Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan retorika ini berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan tersebut di antaranya:
1.      Untuk mengetahui pendapat para ilmuan mengenai retorika.
2.      Untuk mengetahui cakupan dalam retorika.
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis dari retorika.
4.      Untuk mengetahui alasan untuk mempelajari retorika.
5.      Untuk mengetahui metode berbicara yang umumnya digunakan.
6.      Untuk mengetahui ciri-ciri dari seorang pembicara yang baik.
7.      Untuk mengetahui pengusaan public speaking.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Retorika
Dalam buku yang berjudul “Retorika; Terampil berpidato, berdiskusi, beragumentasi bernegosiasi” (Hendrikus, 1991: 14), “Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu, reden atau Arz bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.  Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, benar dan mengesankan. Itu berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk mengehamt waktu dan sebagai tanda kepintaran; dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak membawa efek? Dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan, ‘Orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara’.”
B.     Cakupan Retorika
Retorika merupakan bagian dari kajian Linguistik (ilmu bahasa) yang khususnya merupakan ilmu bina bicara (Sprecherziehung). Sebagai bagian dari ilmu bina bicara mencakup hal-hal berikut.

1.      Monologika
Monologika adalah ilmu yang mempelajari seni berbicara secara monolog (satu arah) yaitu hanya ada satu orang yang berbicara. Apabila ada pertanyaan pun maka jenis pertanyaan tersebut adalah pertanyaan retorik atau pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena fungsinya untuk meyakinkan saja. Contoh dari monologika ini di antaranya adalah pidato, ceramah, kata sambutan, dan lain sebagainya.

2.      Dialogika
Dialogika adalah ilmu yang mempelajari seni berbicara secara dialog (dua arah) yaitu ada dua orang atau lebih orang yang aktif berbicara atau pun mengambil bagian dari proses pembicaraan. Contoh dari dialogika ini di antaranya adalah diskusi, perundingan, percakapan, debat, dan lain sebagainya.

3.      Teknik Bicara
Teknik bicara sangat penting dalam penguasaan retorika karena mencakup teknik pernafasan, teknik pengucapan, intonasi, teknik membaca, mimik wajah, bahasa tubuh, dan bercerita.

Dalam buku Bahasa Indonesia (Hoerudin dkk., 2012: 142), “Jika kita memandang berbicara sebagai seni, penekanannya diletakkan pada penerapan berbicara sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.


Pokok-pokok yang mendapat perhatian, antara lain:
         1.      Berbicara di muka umum
         2.      Pemahaman makna kata
         3.      Diskusi kelompok
         4.      Argumentasi
         5.      Debat
         6.      Prosedur parlementer
         7.      Penafsiran lisan
         8.      Seni drama
         9.      Berbicara melalui udara.

Selanjutnya, kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu, maka hal-hal yang perlu ditelaah, antara lain:
         1.      Mekanisme bicara dan mendengar
         2.      Latihan dasar bagi ajaran dan suara
         3.      Bunyi-bunyi bahasa
         4.      Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
         5.      Vokal, konsonan, diftong
         6.      Patologi ujaran (penyelidikan mengenai cacat dan gangguan yang menghambat kemampuan orang berkomunikasi verbal).

C.     Jenis-jenis Retorika
Menurut Hoerudin dkk. (2012: 141-142) jenis-jenis retorika terbagi berdasarkan situasi, reaksi dari pesan yang disampaikan, tujuan, metode penyampaian, wilayah kajian dan jumlah penyimak.

Berdasarkan situasinya Logan (dalam Hoerudin, 1995: 4) membagi jenis-jenis berbicara itu sebagai berikut.
1.      Berbicara informal    : tukar-menukar informasi, percakapan, menyampaikan berita, pengumuman, atau bertelepon.
2.      Berbicara formal       : ceramah, wawancara, atau prosedur parlementer.

Berdasarkan reaksi dari pesan yang disampaikan, kegiatan ini terbagi:
            1.      Kegiatan berbicara yang menempatkan pembivara hanya sebagai penyampai pesan dan pesannya dipahami oleh pendengar, tetapi tidak terjadi interaksi antara pembivcara dengan pendengar (tidak terjadi reaksi atau tanggapan dari pendengar). Misalnya, penyampai berita, pembawa acara, berpidato, dan lain-lain.
            2.      Kegiatan berbicara yang menempatkan pembicara sebagai penyampai pesan disusul dengan adanya interaksi antara pembicara dan pendengar (terjadi reaksi atau tanggapan atau respons pendengar). Posisi sebgai pembicara dan pendengar diduduki silih berganti. Termasuk dalam pembivaraan ini, antara lian: diskusi, debat, seminar, simposium, rapat organisasi, dan lain sebagainya.

Berdasarkan klasifikasi pesan maka berbicara terbagi menjadi dua yaitu pembicaraan satu arah (monolog) dan pembicaraan dua arah (dialog).

Berdasarkan tujuannya, berbicara dibagi pada beberapa jenis, yaitu menginformasikan, menghibur, dan meyakinkan.

Berdasarkan metode atau cara penyampaiannya menurut Rakhmat (dalam Hoerudin, 1992: 17) berbicara dikelompokkan kepada bebarapa kelompok yaitu berbicara impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore.

Berdasarkan wilayah kajiannya. Berbicara dibagi menjadi dua bidang umum yaitu berbicara terapan atau berbicara fungsional (berbicara sebagai seni) dan pengetahuan dasar berbicara atau berbicara sebagai Ilmu (Mulgrave dalam Hoerudin, 1990: 20-21).

Berdasarkan jumlah penyimaknya. Aktivitas berbicara dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil dan berbicara dalam kelomok besar (Logan dalam Hoerudin, 1995:47). Berbicara antarpribadi atau berbicara empat mata terjadi jika dua pribadi membicarakan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu. Suasana pembicaraannya dapat bersifat serius, santai, akrab, atau bebas bergantung pada masalah yang sedang dibicarakan dan hubungan dua pribadi yang terlibat. Misalnya, percakapan serius antara ayah dan ibu, perbincangan antara pasien dengan dokter pribadinya (Hoerudin, 2012: 142).


D.    Alasan untuk Mempelajari Retorika
Kenapa ada orang yang sangat gigih dalam mempelajari retorika? Apa yang didapatkan dari mempelajari retorika? Retorika adalah sebuah seni yang fungsinya agar pembicaraan yang disampaikan diterima dengan mudah oleh lawan bicara.

Ketika pembicaraan dilakuan tidak jelas; pernafasannya tidak di atur sehingga mudah lelah; membaca sesuatu secara terbata-bata; intonasi datar sehingga membuat pendengar mengantuk; bercerita tanpa menghayati sehingga pendengar tidak tertarik untuk mendengarkan. Semua itu adalah risiko saat seseorang tidak menguasai retorika.

Retorika sangat penting dikuasai bagi semua kalangan, baik itu untuk kondisi formal maupun informal. Contohnya saja penjual sayuran dipasar  jika gaya berbicaranya datar dan tidak meyakinkan konsumen, mungkin tidak akan ada yang membeli sayuran tersebut dan cenderung lebih memilih pedagang sayuran yang ramah dan komunikatif. Contoh lainnya, apabila presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno, dalam melantangkan reformasi tidak dengan retorika yang baik, mungkin masyarakat Indonesia tidak akan yakin untuk menjadikan Indonesia merdeka dan  hanya pasrah untuk dijajah oleh bangsa lain.

Kejadian di atas menunjukkan ketika seseorang hendak mempengaruhi dan meyakinkan orang lain maka perlu lah menguasai retorika berbica yang baik. Tentunya kemampuan tersebut tidak dapatkan dengan mudah. Perlu keberanian berbicara di hadapan orang lain setiap ada kesempatan.

Penguasaan retorika biasanya terjadi karena dua hal. Pertama, karena seseorang mempunyai bakat berbicara yang baik lalu ia mengembangkan kemampuannya itu dengan pengetahuan yang lainnya. Kedua, karena seseorang berkemauan melatih diri dan belajar dari kesalahan dan kekurangannya, serta selalu berusaha mengucapkan hal yang bermanfaat dan tidak sia-sia. Jadi, butuh usaha dan tekad kuat untuk menjadi pembicara yang baik.

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari belajar retorika, di antaranya:
1.      Membimbing diri agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.      Melatih kemampuan memahami kejiwaan orang lain dengan memperhatikan tanggapan baik langsung ataupun tidak langsung dari pendengar.
3.      Melatih kemampuan pemilihan kata dan ulasan yang baik.
4.      Melatih mempertahankan diri atas argumen yang telah disampaikan dengan jawaban yang masuk akal.

E.     Metode Berbicara
Dalam mengungkapkan gagasan secara lisan kepada banyak orang dapat dilakukan dengan metode-metode berbicara. Metode-metode tersebut di antaranya adalah:

1.      Metode Impromtu
Metode impromtu biasanya terjadi kepada seseorang apabila secara mendadak diminta menjadi pembicara pada suatu kegiatan tertentu. Waktu yang terbatas menyebabkan pembicara tidak sempat mempersiapkan apapun. Ia hanya akan mengungkapkan apa yang diingatnya saja. Keadaan ini tidak akan mudah dihadapi oleh orang yang belum terbiasa berbicara di muka umum. Hanya orang-orang yang telah terbiasa yang tidak akan mengalami demam panggung atau gugup yang berlebihan. Tentunya, dalam metode ini tidak serta-merta mengungkapkan sekeinginan tanpa tujuan. Perlu kepandaian diri mengatur perkataan yang akan diucapkan.

Untuk menghindari pemaparan yang jauh dari konsep dalam otak maka ketika berbicara jangan tergesa-gesa. Tidak jarang, seseorang karena merasakan demam panggung melakukan metode ini tanpa sampai pada tujuan pembicaraan karena lupa dengan kata-kata yang diucapkan sebelumnya sehingga pembicaraan berputar-putar pada hal yang sama.

Penggunaan metode impromtu yang benar dan menarik dapat membuat pendengar tidak merasa jenuh bahkan akan memotivasinya untuk melakukan atau merealisasikan apa yang pembicara katakan.

2.      Metode menghafal
Metode ini biasanya digunakan oleh seseorang yang terbiasa dengan menghafal pula. Pada metode ini, akan dibuat konsep terlebih dulu, lalu pembuatan naskah (pemaparan dari konsep) kemudian dihafalkan secara intensif.

Metode ini kurang efektif bagi seseorang yang hafalannya kurang bagus karena jika ia berbicara setelah menghafalkannya, dapat dipastikan akan ada beberapa hal yang tidak diingatnya. Kemudian, karena ia tidak ingat bagian tengahnya maka bagian akhir pun akan hilang dari ingatannya.

Untuk seseorang yang kuat dalam hafalannya pun, tanpa ia mengembangkan apa yang dibicarakannya maka pendengar akan merasa bosan. Sebaliknya, jika seseorang hafalannya bagus dan ia dapat menjiwai hingga mengembangkan apa yang dibicarakannya maka pendengar akan sangat tertarik pada apa yang dibicarakan.

Hal yang harus dihindari dari metode ini adalah saat tampil di depan umum tidak boleh gugup karena ketika gugup apa yang hendak dibicarakan akan lupa. Untuk itu, perlu fokus pada capaian pembicaraan dan pusatkan perhatian pada pendengar.

3.      Metode Naskah
Metode naskah dilakukan dengan cara membaca tulisan/naskah yang sebelumnya telah dipersiapkan. Umumnya, metode ini dilakukan saat berpidato dalam acara-acara resmi dan dilakukan oleh orang yang kurang berpengalaman.

Kekurangan dari metode ini adalah pembicara tidak bisa komunikatif dengan pendengar  atau pun tidak dapat menyampaikan hal lain diluar naskah yang tersedia. Selain itu, karena terlalu terpaku membaca naskah maka kontak mata antara pembicara dan pendengar tidak akan efektif sehingga pembaca merasa jenuh dan cenderung tidak memperhatikan.

Untuk meminimalisir hal-hal di atas, maka pembicara perlu melakukan latihan dalam penggunaan intonasi dan jeda yang tepat. Tinggi rendahnya suara disesuaikan dengan situasi dan keadaan.

4.      Metode Ekstemporan
Metode ini biasa digunakan oleh seorang pembicara yang telah berpengalaman tampil di depan khalayak. Metode ekstemporan yaitu metode berbicara dengan menggunakan catatan kecil ketika tampil namun pembicara akan mengembangkan catatan kecilnya tersebut untuk lebih komunikatif karena mempunyai banyak kesempatan bertatap muka dengan pendengar. Pembicara dapat menggunakan intonasi dan irama sesuai dengan suasana dan reaksi yang muncul dari khalayak.

F.      Ciri-ciri Pembicara yang Baik
Seorang pembicara yang baik akan meninggalkan kesan baik dan dalam kepada khalayak (Hoerudin dkk., 2012: 145). Untuk menjadi pembicara yang baik perlulah persiapan yang baik, latihan yang baik, tekad yang baik barulah menghasilkan sesuatu yang baik.

Di bawah ini adalah beberapa ciri pembicara yang baik menurut King( (2007:63) di antaranya:
1.           Memandang suatu hal dari sudut pandang baru yang berasal dari sudut pandang yang umum
2.           Mempunyai cakrawala luas
3.           Mempunyai rasa antusias yang tinggi setiap ada kesempatan
4.           Tidak pernah membicarakan diri sendiri
5.           Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
6.           Menunjukkan empati kepada pendengar
7.           Memiliki selera humor yang baik
8.           Mempunyai gaya bicara tersendiri.

Sedangkan menurut Tarigan (dalam Hoerudin dkk., 1990: 218) ciri pembicara yang baik adalah sebagai berikut:
1.           Pandai memilih topik yang tepat
2.           Menguasai materi
3.           Memahami khalayak
4.           Memahami situasi
5.           Merumuskan tujuan dengan jelas
6.           Memiliki kemampuan linguistik yang memadai
7.           Menjalin kontak dengan khalayak
8.           Menguasai khalayak.

G.    Pengusaan Public Speaking
Public speaking  atau kemampuan berbicara di depan khalayak, mempunyai tehnik dan kiat-kiat tertentu. Untuk menjadi seorang public speaker yang handal Sirait (2007: 328-329) memberikan tips sebagai berikut.
1.      Aktiflah meng-update perkembangan terkini tentang media.
2.      Membaca istilah asing dan memperkaya perbendaharaan artinya sangat penting.
3.      Memperkaya pengetahuan dasar etika dari berbagai rujukan dan referensi sangat dianjurkan.
4.      Membuka jaringan/network kerabat di media.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB 3
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Retorika merupakan suatu seni dari cabang ilmu bahasa dalam berbicara agar pembicaraan lebih menarik demi mempengaruhi orang lain tentang apa yang dibicarakan.

Dalam cakupan retorika ada monologika, dialogika, dan tehnik berbicara sebagai penunjang dalam pelaksanaan retorika.

Retorika terbagi ke dalam beberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan situasi, reaksi dari pesan yang disampaikan tujuan, metode penyampaian, wilayah kajian, dan jumlah penyimak.

Mempelajari retorika sangatlah penting serta terdapat manfaat-manfaat tertentu dengan mempelajari dan menguasi retorika tersebut. Dalam mempelajari retorika, seseorang akan mendapatkan manfaat yaitu melatih kebahasaan menjadi lebih baik baik dalam segi pemilihan kata maupun pemaparannya.

Ketika seseorang hendak mengemukakan gagasan di depan khalayak maka dapat menggunakan salah satu dari metode statistika, yaitu: metode impromptu, metode menghafal, metode naskah, dan metode ekstemporan.

Bagi orang yang tekun melatih kebahasaannya maka ia akan memiliki ciri-ciri sebagai pembicara yang baik, di antaranya: pandai memilih topik yang tepat, menguasai materi dengan baik, memahami keadaan khalayak, dan lain sebagainya.


Pencapaian dari retorika ini adalah Public Speaking yaitu kemampuan berbicara di hadapan khalayak baik itu sebagai motivator; inspirator; orator.

B.     Kritik dan Saran
Dengan pembuatan karya tulis ilmiah berupa makalah yang berjudul “Retorika” ini semoga dapat membuat penulis dan pembaca menjadi seorang pembicara yang hebat dan sukses dalam situasi dan kondisi apapun.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar dalam karya tulis lainnya tidak mengulangi kesalahan dan kekuarangan yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.
Hoerudin, Cecep Wahyu, dkk. 2012. Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Bahasa UIN Sunan Gunung Djati.
King, Larry. 2008. Seni Berbicara “How to Talk to Anyone, Anytime, Anywhere” (Terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sirait, Charless Bonar. 2007. The Power of Public Speaking (Kiat Sukses Berbicara di Depan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar