MAKALAH
RETORIKA
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
yang dibina oleh:
Yulis Sulistiana Dewi, S.Pd., M.Pd.I.
Di susun oleh:
Nama : Sispa Sritin Agustina
NIM : 1133070214
MKS 2 - E
FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
---------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA
PENGANTAR
Di antara yang Allah berikan kepada
manusia, berbicara adalah salah satu karunia yang besar dan patut untuk
disyukuri, karena ada beberapa orang yang tidak mendapatkan karunia tersebut. Dengan
kemampuan berbicara, manusia dapat menyampaikan berbagai hal, baik itu secara
formal ataupun informal.
Dibandingkan tulisan, berbicara lebih
diterima dengan mudah dalam mempengaruhi orang lain. Agar orang lain tertarik
dan percaya pada apa yang disampaikan maka diperlukanlah suatu seni yaitu
retorika berbicara. Hal itu tidaklah mudah, perlu latihan banyak (tampil di
depan orang lain) dan berani menerima kritikan demi meningkatkan kualitas
bicara.
Dalam meningkatkan pengetahuan mengenai “Retorika Berbicara”, maka penulis
memilih tema tersebut dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
membantu dalam meningkatkan kualitas berbicara pembaca. Penulis sadar bahwa
makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran dari pembaca akan
membantu penulis dalam meningkatkan kualitas tulisannya.
Bandung, 24 Maret 2014
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dewasa ini banyak orang yang tidak
peduli dengan seni berbicara yang baik. Padahal, seni berbicara sangat
berpengaruh pada pencitraan bagi diri seseorang. Dengan penggunaan seni
berbicara seseorang bisa mendapatkan banyak manfaat baik diri sendiri maupun
bagi pendengar.
Ketika ada segelintir orang yang tidak
peduli pada salah satu ilmu linguistik yaitu retorika ini. Disisi lain, justru
ada yang giat dalam melatih dirinya mahir berbicara di muka umum (public speaking). Biasanya, orang
seperti itu adalah orang yang berkeinginan kuat untuk menjadi seorang pemimpin.
Adapula segelintir orang yang tidak tahu
bagaimana memberanikan dirinya untuk berbicara dihadapan oranglain. Orang-orang
inilah yang memerlukan motivasi lebih dalam peningkatan kemampuan dan kualitas
diri. Untuk itu, pembahasan mengenai retorika ini sangat menarik untuk
dicermati. Sebenarnya, banyak hal lainnya yang berkaitan dengan retorika.
Namun, tanpa motivasi dalam diri sendiri untuk kemampuan ini, semuanya tidak
akan terwujud. Perlu tekad yang kuat dan latihan yang tekun untuk menjadi
seorang pembicara yang hebat.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka dapat disimpulkan, rumusan masalah dari hal tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana
pendapat para tokoh mengenai retorika?
2. Apa
saja yang termasuk cakupan dalam retorika?
3. Apa
saja jenis-jenis dari retorika?
4. Kenapa
banyak orang beralasan untuk mempelajari retorika?
5. Seperti
apakah metode berbicara yang umumnya digunakan?
6. Apakah
ciri-ciri dari seorang pembicara yang baik?
7. Bagaimana
dalam pengusaan public speaking?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam
pembahasan retorika ini berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan
tersebut di antaranya:
1. Untuk
mengetahui pendapat para ilmuan mengenai retorika.
2. Untuk
mengetahui cakupan dalam retorika.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis dari retorika.
4. Untuk
mengetahui alasan untuk mempelajari retorika.
5. Untuk
mengetahui metode berbicara yang umumnya digunakan.
6. Untuk
mengetahui ciri-ciri dari seorang pembicara yang baik.
7.
Untuk mengetahui pengusaan public speaking.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Retorika
Dalam buku yang berjudul “Retorika; Terampil berpidato, berdiskusi,
beragumentasi bernegosiasi” (Hendrikus, 1991: 14), “Retorika berarti
kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut
zu, reden atau Arz bene dicendi), yang dicapai
berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk
berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.
Kesenian berbicara ini bukan hanya berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang
jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato
secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan
yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat
dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan
yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan
berbicara. Dalam bahasa percakapan atau
bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat,
benar dan mengesankan. Itu berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat
dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk mengehamt waktu dan
sebagai tanda kepintaran; dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak
membawa efek? Dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan, ‘Orang yang
menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara
banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara’.”
B. Cakupan
Retorika
Retorika
merupakan bagian dari kajian Linguistik
(ilmu bahasa) yang khususnya merupakan ilmu bina bicara (Sprecherziehung). Sebagai bagian dari ilmu bina bicara mencakup
hal-hal berikut.
1. Monologika
Monologika adalah ilmu yang mempelajari
seni berbicara secara monolog (satu arah) yaitu hanya ada satu orang yang
berbicara. Apabila ada pertanyaan pun maka jenis pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan retorik atau pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena
fungsinya untuk meyakinkan saja. Contoh dari monologika ini di antaranya adalah
pidato, ceramah, kata sambutan, dan lain sebagainya.
2. Dialogika
Dialogika adalah ilmu yang mempelajari
seni berbicara secara dialog (dua arah) yaitu ada dua orang atau lebih orang
yang aktif berbicara atau pun mengambil bagian dari proses pembicaraan. Contoh
dari dialogika ini di antaranya adalah diskusi, perundingan, percakapan, debat,
dan lain sebagainya.
3. Teknik
Bicara
Teknik bicara sangat penting dalam
penguasaan retorika karena mencakup teknik pernafasan, teknik pengucapan,
intonasi, teknik membaca, mimik wajah, bahasa tubuh, dan bercerita.
Dalam buku Bahasa Indonesia (Hoerudin
dkk., 2012: 142), “Jika kita memandang berbicara sebagai seni, penekanannya
diletakkan pada penerapan berbicara sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.
Pokok-pokok yang mendapat perhatian,
antara lain:
1.
Berbicara di muka umum
2.
Pemahaman makna kata
3.
Diskusi kelompok
4.
Argumentasi
5.
Debat
6.
Prosedur parlementer
7.
Penafsiran lisan
8.
Seni drama
9.
Berbicara melalui udara.
Selanjutnya, kalau kita memandang
berbicara sebagai ilmu, maka hal-hal yang perlu ditelaah, antara lain:
1.
Mekanisme bicara dan mendengar
2.
Latihan dasar bagi ajaran dan suara
3.
Bunyi-bunyi bahasa
4.
Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
5.
Vokal, konsonan, diftong
6.
Patologi ujaran (penyelidikan mengenai
cacat dan gangguan yang menghambat kemampuan orang berkomunikasi verbal).
C. Jenis-jenis
Retorika
Menurut Hoerudin dkk. (2012: 141-142)
jenis-jenis retorika terbagi berdasarkan situasi, reaksi dari pesan yang
disampaikan, tujuan, metode penyampaian, wilayah kajian dan jumlah penyimak.
Berdasarkan situasinya Logan (dalam
Hoerudin, 1995: 4) membagi jenis-jenis berbicara itu sebagai berikut.
1. Berbicara
informal : tukar-menukar informasi,
percakapan, menyampaikan berita, pengumuman, atau bertelepon.
2. Berbicara
formal : ceramah, wawancara, atau
prosedur parlementer.
Berdasarkan
reaksi dari pesan yang disampaikan, kegiatan ini terbagi:
1.
Kegiatan berbicara yang menempatkan
pembivara hanya sebagai penyampai pesan dan pesannya dipahami oleh pendengar,
tetapi tidak terjadi interaksi antara pembivcara dengan pendengar (tidak
terjadi reaksi atau tanggapan dari pendengar). Misalnya, penyampai berita,
pembawa acara, berpidato, dan lain-lain.
2.
Kegiatan berbicara yang menempatkan
pembicara sebagai penyampai pesan disusul dengan adanya interaksi antara
pembicara dan pendengar (terjadi reaksi atau tanggapan atau respons pendengar).
Posisi sebgai pembicara dan pendengar diduduki silih berganti. Termasuk dalam
pembivaraan ini, antara lian: diskusi, debat, seminar, simposium, rapat
organisasi, dan lain sebagainya.
Berdasarkan
klasifikasi pesan maka berbicara terbagi menjadi dua yaitu pembicaraan satu
arah (monolog) dan pembicaraan dua arah (dialog).
Berdasarkan
tujuannya, berbicara dibagi pada beberapa jenis, yaitu menginformasikan,
menghibur, dan meyakinkan.
Berdasarkan
metode atau cara penyampaiannya menurut Rakhmat (dalam Hoerudin, 1992: 17)
berbicara dikelompokkan kepada bebarapa kelompok yaitu berbicara impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore.
Berdasarkan
wilayah kajiannya. Berbicara dibagi menjadi dua bidang umum yaitu berbicara
terapan atau berbicara fungsional (berbicara sebagai seni) dan pengetahuan
dasar berbicara atau berbicara sebagai Ilmu (Mulgrave dalam Hoerudin, 1990:
20-21).
Berdasarkan
jumlah penyimaknya. Aktivitas berbicara dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil dan berbicara dalam
kelomok besar (Logan dalam Hoerudin, 1995:47). Berbicara antarpribadi atau
berbicara empat mata terjadi jika dua pribadi membicarakan, merundingkan, atau
mendiskusikan sesuatu. Suasana pembicaraannya dapat bersifat serius, santai,
akrab, atau bebas bergantung pada masalah yang sedang dibicarakan dan hubungan
dua pribadi yang terlibat. Misalnya, percakapan serius antara ayah dan ibu,
perbincangan antara pasien dengan dokter pribadinya (Hoerudin, 2012: 142).
D. Alasan
untuk Mempelajari Retorika
Kenapa
ada orang yang sangat gigih dalam mempelajari retorika? Apa yang didapatkan
dari mempelajari retorika? Retorika adalah sebuah seni yang fungsinya agar
pembicaraan yang disampaikan diterima dengan mudah oleh lawan bicara.
Ketika
pembicaraan dilakuan tidak jelas; pernafasannya tidak di atur sehingga mudah
lelah; membaca sesuatu secara terbata-bata; intonasi datar sehingga membuat
pendengar mengantuk; bercerita tanpa menghayati sehingga pendengar tidak
tertarik untuk mendengarkan. Semua itu adalah risiko saat seseorang tidak
menguasai retorika.
Retorika
sangat penting dikuasai bagi semua kalangan, baik itu untuk kondisi formal
maupun informal. Contohnya saja penjual sayuran dipasar jika gaya berbicaranya datar dan tidak
meyakinkan konsumen, mungkin tidak akan ada yang membeli sayuran tersebut dan
cenderung lebih memilih pedagang sayuran yang ramah dan komunikatif. Contoh lainnya,
apabila presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno, dalam melantangkan reformasi
tidak dengan retorika yang baik, mungkin masyarakat Indonesia tidak akan yakin
untuk menjadikan Indonesia merdeka dan hanya pasrah untuk dijajah oleh bangsa lain.
Kejadian
di atas menunjukkan ketika seseorang hendak mempengaruhi dan meyakinkan orang
lain maka perlu lah menguasai retorika berbica yang baik. Tentunya kemampuan
tersebut tidak dapatkan dengan mudah. Perlu keberanian berbicara di hadapan
orang lain setiap ada kesempatan.
Penguasaan
retorika biasanya terjadi karena dua hal. Pertama, karena seseorang mempunyai
bakat berbicara yang baik lalu ia mengembangkan kemampuannya itu dengan
pengetahuan yang lainnya. Kedua, karena seseorang berkemauan melatih diri dan
belajar dari kesalahan dan kekurangannya, serta selalu berusaha mengucapkan hal
yang bermanfaat dan tidak sia-sia. Jadi, butuh usaha dan tekad kuat untuk
menjadi pembicara yang baik.
Berikut
ini adalah beberapa manfaat dari belajar retorika, di antaranya:
1. Membimbing
diri agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Melatih
kemampuan memahami kejiwaan orang lain dengan memperhatikan tanggapan baik
langsung ataupun tidak langsung dari pendengar.
3. Melatih
kemampuan pemilihan kata dan ulasan yang baik.
4. Melatih
mempertahankan diri atas argumen yang telah disampaikan dengan jawaban yang
masuk akal.
E. Metode
Berbicara
Dalam mengungkapkan
gagasan secara lisan kepada banyak orang dapat dilakukan dengan metode-metode
berbicara. Metode-metode tersebut di antaranya adalah:
1. Metode
Impromtu
Metode impromtu biasanya terjadi kepada
seseorang apabila secara mendadak diminta menjadi pembicara pada suatu kegiatan
tertentu. Waktu yang terbatas menyebabkan pembicara tidak sempat mempersiapkan
apapun. Ia hanya akan mengungkapkan apa yang diingatnya saja. Keadaan ini tidak
akan mudah dihadapi oleh orang yang belum terbiasa berbicara di muka umum.
Hanya orang-orang yang telah terbiasa yang tidak akan mengalami demam panggung
atau gugup yang berlebihan. Tentunya, dalam metode ini tidak serta-merta
mengungkapkan sekeinginan tanpa tujuan. Perlu kepandaian diri mengatur perkataan
yang akan diucapkan.
Untuk menghindari pemaparan yang jauh
dari konsep dalam otak maka ketika berbicara jangan tergesa-gesa. Tidak jarang,
seseorang karena merasakan demam panggung melakukan metode ini tanpa sampai
pada tujuan pembicaraan karena lupa dengan kata-kata yang diucapkan sebelumnya
sehingga pembicaraan berputar-putar pada hal yang sama.
Penggunaan metode impromtu yang benar
dan menarik dapat membuat pendengar tidak merasa jenuh bahkan akan
memotivasinya untuk melakukan atau merealisasikan apa yang pembicara katakan.
2. Metode
menghafal
Metode ini biasanya digunakan oleh
seseorang yang terbiasa dengan menghafal pula. Pada metode ini, akan dibuat
konsep terlebih dulu, lalu pembuatan naskah (pemaparan dari konsep) kemudian
dihafalkan secara intensif.
Metode ini kurang efektif bagi seseorang
yang hafalannya kurang bagus karena jika ia berbicara setelah menghafalkannya,
dapat dipastikan akan ada beberapa hal yang tidak diingatnya. Kemudian, karena
ia tidak ingat bagian tengahnya maka bagian akhir pun akan hilang dari
ingatannya.
Untuk seseorang yang kuat dalam
hafalannya pun, tanpa ia mengembangkan apa yang dibicarakannya maka pendengar
akan merasa bosan. Sebaliknya, jika seseorang hafalannya bagus dan ia dapat
menjiwai hingga mengembangkan apa yang dibicarakannya maka pendengar akan
sangat tertarik pada apa yang dibicarakan.
Hal yang harus dihindari dari metode ini
adalah saat tampil di depan umum tidak boleh gugup karena ketika gugup apa yang
hendak dibicarakan akan lupa. Untuk itu, perlu fokus pada capaian pembicaraan
dan pusatkan perhatian pada pendengar.
3. Metode
Naskah
Metode naskah dilakukan dengan cara
membaca tulisan/naskah yang sebelumnya telah dipersiapkan. Umumnya, metode ini dilakukan
saat berpidato dalam acara-acara resmi dan dilakukan oleh orang yang kurang
berpengalaman.
Kekurangan dari metode ini adalah
pembicara tidak bisa komunikatif dengan pendengar atau pun tidak dapat menyampaikan hal lain
diluar naskah yang tersedia. Selain itu, karena terlalu terpaku membaca naskah
maka kontak mata antara pembicara dan pendengar tidak akan efektif sehingga
pembaca merasa jenuh dan cenderung tidak memperhatikan.
Untuk meminimalisir hal-hal di atas,
maka pembicara perlu melakukan latihan dalam penggunaan intonasi dan jeda yang
tepat. Tinggi rendahnya suara disesuaikan dengan situasi dan keadaan.
4. Metode
Ekstemporan
Metode ini biasa digunakan oleh seorang
pembicara yang telah berpengalaman tampil di depan khalayak. Metode ekstemporan
yaitu metode berbicara dengan menggunakan catatan kecil ketika tampil namun
pembicara akan mengembangkan catatan kecilnya tersebut untuk lebih komunikatif
karena mempunyai banyak kesempatan bertatap muka dengan pendengar. Pembicara
dapat menggunakan intonasi dan irama sesuai dengan suasana dan reaksi yang
muncul dari khalayak.
F. Ciri-ciri
Pembicara yang Baik
Seorang
pembicara yang baik akan meninggalkan kesan baik dan dalam kepada khalayak
(Hoerudin dkk., 2012: 145). Untuk menjadi pembicara yang baik perlulah
persiapan yang baik, latihan yang baik, tekad yang baik barulah menghasilkan
sesuatu yang baik.
Di
bawah ini adalah beberapa ciri pembicara yang baik menurut King( (2007:63) di
antaranya:
1.
Memandang suatu hal dari sudut pandang
baru yang berasal dari sudut pandang yang umum
2.
Mempunyai cakrawala luas
3.
Mempunyai rasa antusias yang tinggi
setiap ada kesempatan
4.
Tidak pernah membicarakan diri sendiri
5.
Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
6.
Menunjukkan empati kepada pendengar
7.
Memiliki selera humor yang baik
8.
Mempunyai gaya bicara tersendiri.
Sedangkan
menurut Tarigan (dalam Hoerudin dkk., 1990: 218) ciri pembicara yang baik
adalah sebagai berikut:
1.
Pandai memilih topik yang tepat
2.
Menguasai materi
3.
Memahami khalayak
4.
Memahami situasi
5.
Merumuskan tujuan dengan jelas
6.
Memiliki kemampuan linguistik yang
memadai
7.
Menjalin kontak dengan khalayak
8.
Menguasai khalayak.
G.
Pengusaan Public Speaking
Public
speaking atau
kemampuan berbicara di depan khalayak, mempunyai tehnik dan kiat-kiat tertentu.
Untuk menjadi seorang public speaker
yang handal Sirait (2007: 328-329) memberikan tips sebagai berikut.
1. Aktiflah
meng-update perkembangan terkini
tentang media.
2. Membaca
istilah asing dan memperkaya perbendaharaan artinya sangat penting.
3. Memperkaya
pengetahuan dasar etika dari berbagai rujukan dan referensi sangat dianjurkan.
4. Membuka
jaringan/network kerabat di media.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB
3
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Retorika merupakan suatu seni dari cabang ilmu bahasa dalam
berbicara agar pembicaraan lebih menarik demi mempengaruhi orang lain tentang
apa yang dibicarakan.
Dalam cakupan retorika ada monologika,
dialogika, dan tehnik berbicara sebagai penunjang dalam pelaksanaan retorika.
Retorika terbagi ke dalam beberapa jenis
yang dikelompokkan berdasarkan situasi, reaksi dari pesan yang disampaikan
tujuan, metode penyampaian, wilayah kajian, dan jumlah penyimak.
Mempelajari retorika sangatlah penting
serta terdapat manfaat-manfaat tertentu dengan mempelajari dan menguasi
retorika tersebut. Dalam mempelajari retorika, seseorang akan mendapatkan
manfaat yaitu melatih kebahasaan menjadi lebih baik baik dalam segi pemilihan
kata maupun pemaparannya.
Ketika seseorang hendak mengemukakan
gagasan di depan khalayak maka dapat menggunakan salah satu dari metode
statistika, yaitu: metode impromptu, metode menghafal, metode naskah, dan metode
ekstemporan.
Bagi orang yang tekun melatih
kebahasaannya maka ia akan memiliki ciri-ciri sebagai pembicara yang baik, di
antaranya: pandai memilih topik yang tepat, menguasai materi dengan baik,
memahami keadaan khalayak, dan lain sebagainya.
Pencapaian dari retorika ini adalah Public Speaking yaitu kemampuan
berbicara di hadapan khalayak baik itu sebagai motivator; inspirator; orator.
B. Kritik
dan Saran
Dengan pembuatan karya tulis ilmiah
berupa makalah yang berjudul “Retorika” ini semoga dapat membuat penulis dan
pembaca menjadi seorang pembicara yang hebat dan sukses dalam situasi dan
kondisi apapun.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan agar dalam karya tulis lainnya tidak mengulangi
kesalahan dan kekuarangan yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR
PUSTAKA
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.
Hoerudin, Cecep Wahyu, dkk. 2012. Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Bahasa
UIN Sunan Gunung Djati.
King, Larry. 2008. Seni Berbicara “How to Talk to Anyone, Anytime, Anywhere” (Terjemahan).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sirait, Charless Bonar. 2007. The Power of Public Speaking (Kiat Sukses Berbicara di Depan).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar